BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan suatu negara terutama yang menyangkut Sumber Daya Manusia akan sangat ditentukan oleh bagaimana strategi yang diterapkan untuk mencetak SDM-SDM unggul. Tentu hal ini terkait erat dengan model pendidikan yang digunakan.
Di Indonesia, hingga kini kita masih melihat kelemahan-kelemahan dalam pola pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah. Pola pendidikan teacher/lecturer based learning masih sangat kental dalam berbagai proses pendidikan. Pola pendidikan semacam ini berdampak pada sikap mental anak didik yang tidak mandiri, sulit berkembang dan kurang berani menyatakan pendapatnya. Pola pendidikan semacam ini juga membiasakan kita untuk menajdi konsumen ilmu pengetahuan, bukan produsen ilmu pengetahuan.
Kembali ke masalah pendidikan , bagaimanakah proses belajar mengajar yang efektif dan produktif? Solusi yang ditawarkan sebenarnya bukanlah suatu yang baru. Bahkan mungkin hal ini sudah dibahas di berbagai forum diskusi, seminar, lokakarya, symposium dan lain-lain. Tapi yang ingin ditekankan oleh penulis di sini adalah bagaimana mengaplikasikannya, khususnya dengan memanfaatkan teknologi internet. Kita harus mengubah paradigma proses belajar mengajar menuju pembelajaran yang student based learning. Artinya di sini pihak yang belajar lah yang menjadi pusat pembelajaran, bukan dosen, guru atau pembimbing akademisnya.
Yang dimaksud student bukan hanya mahasiswa atau pelajar tapi semua pihak yang sedang melakukan proses belajar baik formal maupun non-formal. Sebelum membahas lebih jauh, ada bainya jika kita meninjau teori yang dikupas oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotake Takeuchi dalam bukunya yang berjudul �The Knowledge � Creating Company�. Pengetahuan manusia pada hakikatnya terdiri dari dua macam, explicit knowlwdge dan tacit knowledge. Explicit knowledge adalah pengetahuan yang sudah tersusun dalam bentuk tulisan bisa berupa artikel, jurnal ilmiah, buku dan lain-lain. Explicit knowledge bisa dimanfaatkan sebagai bahan belajar atau referensi untuk orang lain. Sedangkan tacit knowledge adalah pengetahuan yang berebentuk pengetahuan know-how, pengalaman, skill, pemahaman dan lain-lain.
Pengetahuan yang dimiliki manusia akan menjadi efektif dan produktif dengan melalui proses yang disebut knowledge spiral. Lihat gambar di bawah: Proses knowledge spiral ini terbagi menjadi empat yaitu sosialisasi (socialization), eksternalisasi (externalization), kombinasi (combination) dan internalisasi (internalization). Sosialisasi adalah upaya untuk meningkatkan tacit knowledge kita untuk belajar dari pengalaman orang lain. Eksternalisasi adalah upaya untuk menuangkan tacit knowledge yang kita kuasai dalam bentuk tulisan, sehingga bisa dibaca dan bermanfaat untuk orang lain. Kombinasi adalah usaha memanfaatkan explicit knowledge yang ada untuk menghasilkan explicit knowledge yang lain. Dengan demikian ilmu kita semakin bertambah dan kita semakin produktif.
Proses belajar harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri, dengan kata lain anak-anak yang harus aktif belajar sedangkan guru bertindak sebagai pembimbing. Pandangan ini pada dasarnya mengemukakan bahwa mengajar adalah membimbing kegiatan belajar anak. ”Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for the purpose of aiding the pupil learn” ……. ( Hamalik ,2002:58).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses belajar mengajar merupakan aspek dari proses pendidikan.
Berdasarkan orientasi proses belajar mengajar siswa harus ditempatkan sebagai sujek belajar yang sifatnya aktif dan melibatkan banyak faktor yang mempengaruhi, maka keseluruhan proses belajar yang harus dialami siswa dalam kerangka pendidikan di sekolah dapat dipandang sebagai suatu sistem, yang mana sistem tersebut merupakan kesatuan dari berbagai komponen (input) yang saling berinteraksi (proses) untuk menghasilkan sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan (output).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses vadalah: Any change in any object or organism, particulary a behaioral or psychological change (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988).
Jika kita perhatikan ungkapan any change in any object or organism dalam definisi Chaplin di atas dan kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah” (manners or operations) dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif alam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keasaan sebelumnya.
Sampai sekarang terdapat 2 pendapat yang terus berkembang berebut pengaruh untuk diaplikasi terkait proses belajar. Proses belajar di sekolah dirancang ke dalam kurikulum. Kurikulum yang berlaku di sekolah SD, SMP, SMA, SMK bermerk KTSP.
Pendapat I yakin proses belajar terjadi karena ada reinforcement sebagai motivasi siswa agar terjadi perubahan tingkah laku (behaviorisme), proses belajar terjadi sesuai tingkat perkembangan biologis seseorang (maturasionisme). Behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan usia. Kurikulum sebelum KBK atau KTSP menganut pendapat ini. Peran guru di sini aktif menyiapkan dan memberi pelajaran yang sesuai untuk memperkaya dan mempercepat perkembangan pengetahuan dan mental siswa.
Pendapat ke II yakin proses belajar terjadi karena bentukan kita sendiri (selfcontructions). Pengetahuan yang kita dapat bukan karena meniru dan bukan pula menggambar realitas di luar diri kita tetapi dikonstruksi melalui proses membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan (konstruktivisme). Kurikulum yang diberlakukan sekarang KBK maupun KTSP menganut pendapat ini.
Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika siswa tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang dihadapi siswa. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktivan siswa sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya. Oley karena itu pembelajaran siswa di kelas atau di sekolah menggunakan strategi pembelajaran siswa aktif. Peran guru di sini sebagai media dan fasilitator bahkan menciptakan media pembelajaran dan menciptakan fasilitator pembelajaran supaya siswa belajar aktif dan aktif belajar.
Siswa dibimbing dan dilatih serta diberi kesempatan melakukan adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme tubuh harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran siswa. Siswa dan kita semua berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan baru yang harus ditanggapi dan diselesaikan serta dipecahkan secaca kognitif (mental)
Untuk itu, siswa dibimbing dan dilatih mengembangkan skema pikiran lebih umum menuju ke lebih rinci, atau perlu perubahan radikal untuk menjawab tantangan hidup dan menginterpretasikan pengalaman-pengalamannya.
Proses belajar siswa untuk membentuk kemampuannya atau kompetensinya dimulai:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya siswa beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek siswa berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.
Proses belajar bermakna berarti informasi baru diasimilasikan dalam struktur pengertian lamanya. Belajar menghafal hanya perlu bila siswa mendapatkan fenomena atau informasi yang sama sekali baru dan belum ada hubungannya dalam struktur pengertian lamanya. Pengetahuan siswa selalu diperbarui diupdate dikonstruksikan terus-menerus. Jelaslah bahwa teori belajar bermakna bersifat konstruktif karena menekankan proses asimilasi dan akomodasi fenomena, pengalaman, dan fakta baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.
2. Tahapan-tahapan Dalam Belajar
a. Menurut Jerome S. Bruner
Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Burner, salah seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode/ tahap, yaitu: 1) tahap informasi (tahap penerimaan materi); 2) tahap transformasi (tahap pengubahan materi); 3) tahap evaluasi (tahap penialain meteri)
Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengeahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak ada penjelasan rinci mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya analogdengan peristiwa retrieval untuk merespons lngkungan yang sedang dihadapi.
b. Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2) storage (tahap penyimpanan informasi); 3) retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahap paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh ketika menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori. Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.
BAB IV
PENUTUP
Belajar adalah proses alamiah manusia dalam usaha pengembangan dirinya untuk menjalani hidup yang lebih baik. Proses belajar sendiri dapat dilakukan secara sengaja atau tidak, bahkan dilakukan tanpa disadari. akan tetapi terkadang kebanyakan orang akan mengalami suatu masalah dalam belajar ketika ada tahapan yang tidak ia lakukan secara benar. Dalam posting kali ini saya mencoba menguraikan sedikit tentang proses balajar secara umum itu :
1. Tertarik
Ketertarikan terhadap sesuatu akan mendorong atau memotivasi rasa ingin tahu seseorang dalam belajar. Tanpa rasa tertarik, orang akan belajar tanpa tujuan dan tidak ikhlas dalam belajar. Rasa tertarik akan membuat seseorang "niat" dalam belajar sehingga belajar itu adalah kemauan sendiri tanpa paksaan dari orang lain.
2. Melihat
Tahap selanjutnya dari belajar melihat, pada awal proses belajar seseorang akan cendrung melihat apa yang akan dipelajarinya terlebih dahulu. Hal ini penting untuk merangsang otak untuk berpikir dan menerima hal yang akan dicoba.
3. Mencoba
Setelah melihat, tentunya seseorang yang belajar akan mencoba melakukan sendiri apa yang dilihatnya. Tahapan ini perlu dalam belajar karena tanpa mencoba sendiri dan hanya melihat, maka seseorang cenderung pasif dan tidak ada sikap aktif oleg orang tersebut.
4. Mempelajari dan Mengatasi Masalah
terkadang dalam proses mencoba, ada masalah-masalah yang akan dihadapi. Masalah yang dialami dalam proses belajar sangat mendukung proses belajar itu sendiri, karena dengan masalah itulah proses belajar menjadi lebih "mendalam". 2 hal yang perlu yaitu mempelajari kenapa ada suatu masalah dan mengatasi masalah itu sendiri.
5. Improvisasi
Pengembangan dalam belajar atau improvisasi adalah melakaunan apa yang dipelajari dengan gaya dan cara sendiri. Ini adalah tahapan seseoarang untuk menjadi "Ahli" dan mengerti jauah lebih dalam tentang apa yang dipelajari. Dengan improvisasi, seseorang bisa membuat cara baru sesuai dengan dirinya sendiri (customisasi), bahkan bisa menciptakan "Ilmu atau cabang ilmu baru".
BAB V
PENUTUP
Demikian pemaparan makalah kelompok kami yang bertemakan tentang “ Proses dan Tahapan Belajar “. Dimana menjelaskan tentang proses dan tahapan – tahapan dalam belajar.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan kami dalam menyusun makalah ini. Tetapi kami yakin suatu kesalahan itu merupakan bagian dari suatu proses pembelajaran, seperti pepatah asing mengatakan ‘experience is the best teacher’ artinya pengalaman adalah guru yang berharga. Untuk itu demi proses pembelajaran yang baik kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, supaya dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat tersusun lebih baik lagi.
Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, sehingga makalah ini dapat tersusun dan dapat dipaparkan. Harapannya dapat bermanfaat bagi kita semua .
DAFTAR PUSTAKA
http://ajisaka.sosblog.com/Ajis-b1/PROSES - BELAJAR -SISWA
http://ppsdms.org/PROSES- BELAJAR - PRODUKTIF
Sagala, Syaiful (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta
Mulyasa (2008). Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Di Indonesia, hingga kini kita masih melihat kelemahan-kelemahan dalam pola pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah. Pola pendidikan teacher/lecturer based learning masih sangat kental dalam berbagai proses pendidikan. Pola pendidikan semacam ini berdampak pada sikap mental anak didik yang tidak mandiri, sulit berkembang dan kurang berani menyatakan pendapatnya. Pola pendidikan semacam ini juga membiasakan kita untuk menajdi konsumen ilmu pengetahuan, bukan produsen ilmu pengetahuan.
Kembali ke masalah pendidikan , bagaimanakah proses belajar mengajar yang efektif dan produktif? Solusi yang ditawarkan sebenarnya bukanlah suatu yang baru. Bahkan mungkin hal ini sudah dibahas di berbagai forum diskusi, seminar, lokakarya, symposium dan lain-lain. Tapi yang ingin ditekankan oleh penulis di sini adalah bagaimana mengaplikasikannya, khususnya dengan memanfaatkan teknologi internet. Kita harus mengubah paradigma proses belajar mengajar menuju pembelajaran yang student based learning. Artinya di sini pihak yang belajar lah yang menjadi pusat pembelajaran, bukan dosen, guru atau pembimbing akademisnya.
Yang dimaksud student bukan hanya mahasiswa atau pelajar tapi semua pihak yang sedang melakukan proses belajar baik formal maupun non-formal. Sebelum membahas lebih jauh, ada bainya jika kita meninjau teori yang dikupas oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotake Takeuchi dalam bukunya yang berjudul �The Knowledge � Creating Company�. Pengetahuan manusia pada hakikatnya terdiri dari dua macam, explicit knowlwdge dan tacit knowledge. Explicit knowledge adalah pengetahuan yang sudah tersusun dalam bentuk tulisan bisa berupa artikel, jurnal ilmiah, buku dan lain-lain. Explicit knowledge bisa dimanfaatkan sebagai bahan belajar atau referensi untuk orang lain. Sedangkan tacit knowledge adalah pengetahuan yang berebentuk pengetahuan know-how, pengalaman, skill, pemahaman dan lain-lain.
Pengetahuan yang dimiliki manusia akan menjadi efektif dan produktif dengan melalui proses yang disebut knowledge spiral. Lihat gambar di bawah: Proses knowledge spiral ini terbagi menjadi empat yaitu sosialisasi (socialization), eksternalisasi (externalization), kombinasi (combination) dan internalisasi (internalization). Sosialisasi adalah upaya untuk meningkatkan tacit knowledge kita untuk belajar dari pengalaman orang lain. Eksternalisasi adalah upaya untuk menuangkan tacit knowledge yang kita kuasai dalam bentuk tulisan, sehingga bisa dibaca dan bermanfaat untuk orang lain. Kombinasi adalah usaha memanfaatkan explicit knowledge yang ada untuk menghasilkan explicit knowledge yang lain. Dengan demikian ilmu kita semakin bertambah dan kita semakin produktif.
Proses belajar harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri, dengan kata lain anak-anak yang harus aktif belajar sedangkan guru bertindak sebagai pembimbing. Pandangan ini pada dasarnya mengemukakan bahwa mengajar adalah membimbing kegiatan belajar anak. ”Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for the purpose of aiding the pupil learn” ……. ( Hamalik ,2002:58).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses belajar mengajar merupakan aspek dari proses pendidikan.
Berdasarkan orientasi proses belajar mengajar siswa harus ditempatkan sebagai sujek belajar yang sifatnya aktif dan melibatkan banyak faktor yang mempengaruhi, maka keseluruhan proses belajar yang harus dialami siswa dalam kerangka pendidikan di sekolah dapat dipandang sebagai suatu sistem, yang mana sistem tersebut merupakan kesatuan dari berbagai komponen (input) yang saling berinteraksi (proses) untuk menghasilkan sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan (output).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses vadalah: Any change in any object or organism, particulary a behaioral or psychological change (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988).
Jika kita perhatikan ungkapan any change in any object or organism dalam definisi Chaplin di atas dan kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah” (manners or operations) dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif alam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keasaan sebelumnya.
Sampai sekarang terdapat 2 pendapat yang terus berkembang berebut pengaruh untuk diaplikasi terkait proses belajar. Proses belajar di sekolah dirancang ke dalam kurikulum. Kurikulum yang berlaku di sekolah SD, SMP, SMA, SMK bermerk KTSP.
Pendapat I yakin proses belajar terjadi karena ada reinforcement sebagai motivasi siswa agar terjadi perubahan tingkah laku (behaviorisme), proses belajar terjadi sesuai tingkat perkembangan biologis seseorang (maturasionisme). Behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan usia. Kurikulum sebelum KBK atau KTSP menganut pendapat ini. Peran guru di sini aktif menyiapkan dan memberi pelajaran yang sesuai untuk memperkaya dan mempercepat perkembangan pengetahuan dan mental siswa.
Pendapat ke II yakin proses belajar terjadi karena bentukan kita sendiri (selfcontructions). Pengetahuan yang kita dapat bukan karena meniru dan bukan pula menggambar realitas di luar diri kita tetapi dikonstruksi melalui proses membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan (konstruktivisme). Kurikulum yang diberlakukan sekarang KBK maupun KTSP menganut pendapat ini.
Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika siswa tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang dihadapi siswa. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktivan siswa sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya. Oley karena itu pembelajaran siswa di kelas atau di sekolah menggunakan strategi pembelajaran siswa aktif. Peran guru di sini sebagai media dan fasilitator bahkan menciptakan media pembelajaran dan menciptakan fasilitator pembelajaran supaya siswa belajar aktif dan aktif belajar.
Siswa dibimbing dan dilatih serta diberi kesempatan melakukan adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme tubuh harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran siswa. Siswa dan kita semua berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan baru yang harus ditanggapi dan diselesaikan serta dipecahkan secaca kognitif (mental)
Untuk itu, siswa dibimbing dan dilatih mengembangkan skema pikiran lebih umum menuju ke lebih rinci, atau perlu perubahan radikal untuk menjawab tantangan hidup dan menginterpretasikan pengalaman-pengalamannya.
Proses belajar siswa untuk membentuk kemampuannya atau kompetensinya dimulai:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya siswa beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek siswa berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.
Proses belajar bermakna berarti informasi baru diasimilasikan dalam struktur pengertian lamanya. Belajar menghafal hanya perlu bila siswa mendapatkan fenomena atau informasi yang sama sekali baru dan belum ada hubungannya dalam struktur pengertian lamanya. Pengetahuan siswa selalu diperbarui diupdate dikonstruksikan terus-menerus. Jelaslah bahwa teori belajar bermakna bersifat konstruktif karena menekankan proses asimilasi dan akomodasi fenomena, pengalaman, dan fakta baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.
2. Tahapan-tahapan Dalam Belajar
a. Menurut Jerome S. Bruner
Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Burner, salah seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode/ tahap, yaitu: 1) tahap informasi (tahap penerimaan materi); 2) tahap transformasi (tahap pengubahan materi); 3) tahap evaluasi (tahap penialain meteri)
Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengeahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak ada penjelasan rinci mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya analogdengan peristiwa retrieval untuk merespons lngkungan yang sedang dihadapi.
b. Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2) storage (tahap penyimpanan informasi); 3) retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahap paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh ketika menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori. Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.
BAB IV
PENUTUP
Belajar adalah proses alamiah manusia dalam usaha pengembangan dirinya untuk menjalani hidup yang lebih baik. Proses belajar sendiri dapat dilakukan secara sengaja atau tidak, bahkan dilakukan tanpa disadari. akan tetapi terkadang kebanyakan orang akan mengalami suatu masalah dalam belajar ketika ada tahapan yang tidak ia lakukan secara benar. Dalam posting kali ini saya mencoba menguraikan sedikit tentang proses balajar secara umum itu :
1. Tertarik
Ketertarikan terhadap sesuatu akan mendorong atau memotivasi rasa ingin tahu seseorang dalam belajar. Tanpa rasa tertarik, orang akan belajar tanpa tujuan dan tidak ikhlas dalam belajar. Rasa tertarik akan membuat seseorang "niat" dalam belajar sehingga belajar itu adalah kemauan sendiri tanpa paksaan dari orang lain.
2. Melihat
Tahap selanjutnya dari belajar melihat, pada awal proses belajar seseorang akan cendrung melihat apa yang akan dipelajarinya terlebih dahulu. Hal ini penting untuk merangsang otak untuk berpikir dan menerima hal yang akan dicoba.
3. Mencoba
Setelah melihat, tentunya seseorang yang belajar akan mencoba melakukan sendiri apa yang dilihatnya. Tahapan ini perlu dalam belajar karena tanpa mencoba sendiri dan hanya melihat, maka seseorang cenderung pasif dan tidak ada sikap aktif oleg orang tersebut.
4. Mempelajari dan Mengatasi Masalah
terkadang dalam proses mencoba, ada masalah-masalah yang akan dihadapi. Masalah yang dialami dalam proses belajar sangat mendukung proses belajar itu sendiri, karena dengan masalah itulah proses belajar menjadi lebih "mendalam". 2 hal yang perlu yaitu mempelajari kenapa ada suatu masalah dan mengatasi masalah itu sendiri.
5. Improvisasi
Pengembangan dalam belajar atau improvisasi adalah melakaunan apa yang dipelajari dengan gaya dan cara sendiri. Ini adalah tahapan seseoarang untuk menjadi "Ahli" dan mengerti jauah lebih dalam tentang apa yang dipelajari. Dengan improvisasi, seseorang bisa membuat cara baru sesuai dengan dirinya sendiri (customisasi), bahkan bisa menciptakan "Ilmu atau cabang ilmu baru".
BAB V
PENUTUP
Demikian pemaparan makalah kelompok kami yang bertemakan tentang “ Proses dan Tahapan Belajar “. Dimana menjelaskan tentang proses dan tahapan – tahapan dalam belajar.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan kami dalam menyusun makalah ini. Tetapi kami yakin suatu kesalahan itu merupakan bagian dari suatu proses pembelajaran, seperti pepatah asing mengatakan ‘experience is the best teacher’ artinya pengalaman adalah guru yang berharga. Untuk itu demi proses pembelajaran yang baik kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, supaya dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat tersusun lebih baik lagi.
Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, sehingga makalah ini dapat tersusun dan dapat dipaparkan. Harapannya dapat bermanfaat bagi kita semua .
DAFTAR PUSTAKA
http://ajisaka.sosblog.com/Ajis-b1/PROSES - BELAJAR -SISWA
http://ppsdms.org/PROSES- BELAJAR - PRODUKTIF
Sagala, Syaiful (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta
Mulyasa (2008). Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar